Kembalinya Sang Bidadari Kelam
Oleh : Heru Emka
Courtney Love masih 31 tahun, saat dia bersama bandnya; Hole,- merilis dua album. Yang pertama; “Pretty on the Inside” gagal. Namun album yang kedua; “ Live Through This” meledak. Semua nomor di album ini bisa dibilang luapan kegusaran Love yang diwarnai raungan gitar yang mengerang garang. Perempuan pirang yang sering bertingkah seperti laki-laki di atas panggung ini ( hampir selalu berdiri mengangkang sambil menaikkan sebelah kakinya di atas amplifier box) sepenuhnya gusar dengan para pelaku industri musik yang ‘mencemplungkan semua perempuan dalam kotak kaca berisi gula-gula’.
Love masih teringat penolakan para big boss perusahaan rekaman saat dia menawarkan demo album yang berisi sebelas lagu pada masa awal kiprahnya bersama Hole.“ Kalian sebaiknya jadi dewi cinta saja atau jadi ikon fashion. Bila perempuan bicara tentang masalah sosial, tak pernah jadi seksi, karena perempuan tak bakal mampu mengurus semuanya. Itu doktrin mereka. Tapi kami menolak dan meutuskan untuk merubah citra girl (perempuan manja) menjadi grrrrl (bunyi geraman gusar, yang lantas dijadikan simbol pemberontakan perempuan dalam budaya pop – Emka). “ Lalu Love membentuk band yang keempat personilnya perempuan, dengan nama kontroversial ; Hole ( sebagian besar khalayak musik di AS mengasosiasikan nama ini sebagai lubang seksual perempuan )
Sebenarnya bagi perempuan yang terlahir dengan nama Love Michlelle Harrison ( di Los Angeles, 9 Juli 1965) ini tak begitu masalah bila dia bekerja apa saja, karena sejak dini sudah dipompakan semangat oleh kedua ortunya agar kelak mampu hidup mandiri. Bahkan Love sempat menggelandang meninggalkan kota kelahirannya di kota Eugene, Oregon, AS, bertualang dari kota ke kota menyeberang ke London segala. Walau kedua orang tuanya tergolong kaya, dara pemberontak ini enggan menyadongkan tangan memanti jatah kiriman uang. Untuk hidup dia melakukan segalanya yang bisa, termasuk menari striptis di beberapa klab malam.
Cukup wajar saja bila kemudian Cortney Love bersama Hole dianggap sebagai pengibar panji pemberontakan perempuan dalam blantika musik, dengan seruan tunggal agar perempuan menunjukkan semua kebisaannya dan melabrak semua batasan yang menghalangi mereka untuk merdeka. Seperti yang diteriakkannya dalam lagu Hole yang berjudul “Pump” : “ Like a liar at the witch trial / you look good for your age,” serunya menyemangati perempuan yang berani menyulut api perlawanan.
Sebenarnya kemunculan Courtney Lover & Hole tidak terlalu luar biasa. Dan lagi dia bukanlah wanita pertama yang bernyanyi lantang sambil memainkan gitar. Sebelum Love sudah ada nama-nama lain yang beken lebih dulu, seperti Patty Smith, Kim Gordon (Sonic Youth) Tracy Chapman atau Sheryl Crowe. Namun Love yang dianggap sebagai pembuka jalan bagi kemunculan beberapa perempuan pemarah yang meradang dengan musik keras. Courtney Love dan Hole, dengan lagu-lagu yang meradang, dengan gaya panggung yang tak kalah macho dengan rocker lelaki lainnya, telah mengilhami pemberontakan musik para vokalis perempuan lainnya, dari Tracy Bonham, Shirley Manson (vokalis Garbage), Alanis Morissette hingga mereka yang lebih muda seperti Avril Lavigne atau Amy Lee (Evanescence)
Pengaruh substansial
Tak heran bila Majalah Time ( edisi 17 Juni 1996) menggolongkan janda rocker Kurt Cobain ini sebagai ‘25 orang paling berpengaruh di dunia’ ( 25 Most Influential People ) pada waktu itu. Dalam daftar ini, popularitas Love menyalip tokoh nasional AS lainnya seperti Presiden Bill Clinton, tokoh oposisi kulit hitam Louis Farakhan, Jenderal Collin Powell, bahkan pesohor blantika fesyen Calvin Klein. Dan lagi, berbeda jauh dengan para pesohor lainnya yang wajah sering nongol di berbagai media dan televisi, Courtney Love bukahlah selebriti tanpa substansi. Love, yang mengaku memutuskan berkarir di blantika musik setelah mendengar album Sex Pistol “ Never Mind The Bolloks” ini lebih dari sekedar mewarisi hasrat untuk berontak dan radikal dari tokoh musik pun sebelumnya.
Love bersama Hole, lewat sejumlah lagu dan pernyataan yang diucapkannya dalam sejumlah wawancara dengan media terkemuka mengisyaratkan bila mereka dengan tajam mengkritisi dominasi lelaki dalam relasi antar kelas sosial, namun juga beberapa persepsi yang dipaksakan dalam ideologi dominan (seperti partai politik, orgasisasi ekonomi dan sosial) serta hegemoni di balik ideologi gender, yang misalnya saja mengharamkan terpilihnya presiden perempuan, dan sebagainya. Tak heran bila Majalah Time menjuluki Love sebagai ‘provokator paling berpengaruh’, walau para pengagumnya lebih senang menyebut Love sebagai ‘Bidadari Kelam’.
Toh kebahagiaan ‘pasangan rocker paling absurd’ ternyata harus terkoyak fakta menyakitkan ketika Kurt Cobain tewas bunuh diri (setelah mengeluarkan pernyataannya yang terkelam, “ I hate my self and want to die “ ) yang menyisakan kontroversi dan tudingan penggemar Cobain bila Courtney Love punya andil besar bagi tercetusnya tragedi ini. Walau Love bersama Hole - dengan formasi Courtney Love (vokal, gitar), Eric Erlandson (gitar) Melissa Auf Der Maur (bas) dan Patty Schemel (dram) - mampu terus melaju di sela luka batin Love akibat peristiwa tragis ini,- pertahanan batin Love akhirnya jebol juga.
Amarah, frustrasi, kegamangan dan rasa tertekan menjadikannya kembali pada ‘kawan lama’ yakni obat bius dan alcohol, yang membuatnya jadi sukar mengendalikan diri. Memaki di depan publik, meninggalkan panggung konser saat show berjalan hingga terjun ke arena penonton untuk menyerang seorang pemuda yang meneriakinya,- semua ini membuahkan kesulitan. Dari ditangkap polisi, hingga menjalani pengadilan yang memutuskan harus menjalani rehabilitasi akibat ketergantungan pada alkohol dan obat bius, yang tak saja membuat Love harus melupakan idealismenya sebagai ‘perempuan pejuang’ namun juga membuatnya dijuluki media sebagai ‘Ibu Terburuk di Amerika’ karena tak mampu mengasuh anaknya secara ideal. Dia juga tak memperdulikan kelangsungan Hole.
Kini Courtney Love tampil lagi. Tak saja dengan buku biografi “Dirty Blonde”, namun juga sejumlah lagi baru yang ditulisnya selama menjalani masa rehabilitasi, juga sebuah pujian dari Majalah Rolling Stone yang memasukkan Love ke peringkat ketiga dalam deretan Rock’s New Rebels. Sebuah pengakuan bahwa Love hingga kini masioh punya pengaruh yang cukup besar Love sendiri mensyukuri hikmah semua ini yang membuatnya menyadari sepenuhnya makna petaka obat bius yang memberi andil yang cukup besar bagi kemelut yang membelit jiwa Kurt Cobain dan dirinya. “ Aku bisa main gitar lagi dan mengasuh anakku, dan membiarkan semuanya tahu bahwa aku baik-baik saja,” ujarnya,
Delapan lagu baru yang ditulis Love selama rehabilitasi antara lain berjudul "How Dirty Girls Get Clean," "Sad But True," "Sunset Marquis, "Loser Dust" dan "Never Go Hungry Again." Dia juga merekam semua bersama Billy Corgan, dalam sebuah kumpulan yang dinamai The Rehab Demos. Termasuk lagu seperti "Good in Bed," yang bicara soal pesona seksual dengan lirik seperti, "Tell me why the evil people are so very good in bed."Love merencanakan masuk studio bersama Linda Perry ( gitaris dan motor grup 4 Non Blonde, produser yang sukses menggarap album Pink, Christina Aguilera dan sebagainya ) dan berharap bisa mengebrak lagi. Grrrrl.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar