Sabtu, 22 Agustus 2009

Musik Islami di Millenium Ini


Oleh : Heru Emka


planetmusikheruemka.blogspot.com


Di bulan Ramadhan ini, musik Islami kembali naik daun. Tapi apakah yang singgah dalam pikiran kita saat mendengar istilah musik Islami ? Irama gambus, kasidah, cuma sekedar rebana, atau instrumen band modern ? Pertanyaan ini terasa menggigit justru pada saat musik Islami memasuki milenium kedua, yang tak ubahnya sebuah jalan raya dengan lalu-lintas kebudayaan dan berbagtai persimpangan dengan segenap kemungkinan. Contohnya album Gigi yang dimaklumkan sebagai musik Islami. Dalam album Meraih Kemenangan, misalnya, GIGI menampilkan beberapa tembang yang dikenal bernuansa religius seperti lagu Tuhan, Rindu Rasul ( keduanya ciptaan Sam Bimbo dan Taufiq Ismail)

Lagu GIGI di album ini berbeda dari pola lagu Islami lainnya. Lagu Tuhan yang aslinya syahdu, diaransir dalam irama rock, lengkap dengan distorsi gitar dengan isian brass section. Pada lagu Ketika Tangan dan Kaki Berkata, GIGI memadukan harmoni rock yang digabung dengan isian rap. Pada lagu Lailatul Qadar, riff gitar dan drum dipacu dalam dengan tempo cepat, dengan loop – loop yang membalut lengkingan vokal Armand Maulana. Pada album berikutnya, GIGI malah mengangkat lagu Perdamaian, yang sebelumnya dikenal sebagai lagu kasidah yang dibawakan oleh grup Nasyida Ria dari Semarang.

Jauh sebelumnya, budaya Islam memiliki tradisi musik yang tinggi selama berabad-abad. Perjalanan musik Islami di negeri kita pun sudah melewatkan berbagai fase dan bentuk atau gaya, dari waktu ke waktu. Hingga akhir tahun ’60-an, musik Islami mewarnai blantika musik Indonesia adalah berbagai orkes gambus, dan lagu-lagu mereka hanya diputar pada segmentasi tertentu, misalnya di radio dakwah seperti PTDI, atau di RRI menjelang atau setelah siaran kotbah Jumat.


Dari gambus ke Bimbo

Yang beken ( punya album rekaman ) waktu itu adalah Orkes Gambus Al Fata pimpinan A. Rachmat dengan lagu-lagu yang judulnya berbahasa Arab seperti Hamawi Yaa Mismis, Ala Asfuri, dan sebagainya. Grup lain yang beken adalah Orkes Rebana Rofiqoch, dengan penyanyinya Rofiqoch Darto Wahab. Mereka dikenal dengan lagu hit seperti Guluban Mantho’a, Milkhub Winta Waana dan sebagainya. Lagu-lagu seperti inilah yang mungkin dianggap sebagai mainstream musik Islami.

Namun di pertengahan tahun ’70-an, mendadak Bimbo menyodorkan musik Islami yang lebih merangkul masyarakat luas dengan harmoni lagu pop yang indah dan gampang dicerna. Super hit mereka; lagu Rindu Rasul yang tetap ngetop hingga saat ini,-, dimainkan dalam komposisi gitar akustik dengan melodi tiupan seruling nan manis, dengan lirik puitis garapan penyair Taufik Ismail.

Lagu kasidah pop ala Bimbo ini tak saja membuat kaum muda di perkotaan jadi lebih menghayati tembang Islami, namun juga memacu tren musik saat itu. Grup musik lainnya seperti Koes Plus, D’ Loyd, Favorite’s Grup ikut mencipta lagu kasidah pop ala Bimbo. Sam Bimbo sendiri menuturkan bila waktu itu sekelompok Muslim yang justru memprotesnya, karena memainkan gitar dan suling, yang dianggap diharamkan dalam musik Islam.

“ Sejak tahun 1972 - 1973, kami memang mencoba menyajikan musik Islami yang baik dan cocok untuk jaman sekarang ini. Sebelum itu, suasana musik bulan Ramadan yang Islami tidak ada. Di jalur radio, kosong, yang ada lagu-lagu barat dan lagu pop biasa. Ternyata reaksi yang muncul luar biasa, disamping yang memuji ada juga yang protes dan menyebut musik kami setan, semua kami terima,” tutur Sam mengenang masa itu.

Anggapan bahwa musik Islami hanya boleh dimainkan dengan rebana dan mengharamkan alat musik lain bisa jadi hanya merupakan tafsir dari sebagian ulama tentang estetika musik.Kalau dicermati benar, berbagai grup kasidah di pedesaan dan kota-kota kecil malah menyertakan biola , yang jelas alat musik Barat. Sunan Kalijaga dan Wali Songo malah menggunakan gamelan Jawa (yang juga tak dikenal dalam budaya Arab) sebagai media syiar agama Islam, yang kini diikuti oleh Emha Ainun Najib dengan grup Gamelan Kiai Kanjeng.

Kita tentu tak akan meragukan kadar keIslaman Bimbo ( yang sekarang malah menjadi ikon musik Islami di negeri ini) atau Emha. Bahkan Sunan Kalijaga. Dalam The Rise of Music in the Ancient World East and West (New York, W.W. Norton, 1973 ) etnomusikolog Curt Sachs juga mengatakan , “Musik Arab berkembang bersamaan dengan tumbuhnya pusat kebudayaan di Suriah di bawah dinasti Umayyah (661 – 750 Masehi ) sebagai paduan musik etnis Suriah, Mesopotamia, Byzantium, dan Persia (Iran). Unsur lokal Arab yang kuat seperti melodi pengajian ayat suci Al Qur’an dan bahasa asli negara yang tunduk pada Khalifah Islam tak saja menghasilkan musik dengan teknik penampilan baru, namun juga aspek intonasi baru,bahkan alat musik baru.”

Intelektual musik Arab yang paling mashur adalah Abu Nasr al-Farabi (wafat pada tahun 950), dengan karya legendarisnya; Kitab al-Musiqa al-Kabir, yang dianggap sebagai buku induk tentang musik. Di buku ini Farabi tak saja membahas soal segi sains bunyi, namun juga factor intervalnya, tetrachord, berbagai jenis oktaf, alat musik, komposisi dan sebagainya. Al-Farabi juga menambahkan satu dawai pada lut (al-'ud , sejenis gitar) yang memadu prinsip dasar nada diatonis yang disusun ilmuwan Yunani; Pythagoreas untuk menjangkau nada diatonis

Pada jaman keemasan musik Arab ini, di sana terdapat beragam alat musik, seperti al-'ud (alat musik petik), naqqarat (sejenis tambur) rabab (alat musik gesek) dan al-nafir (terompet ). Bila demikian, bagaimana mungkin lebih dari seribu tahun kemudian, di milenium ini, alat musik Islam malah dikebiri, hanya boleh menampilkan rebana. Padahal syiar Islam harus bisa tampil lebih beragam dan kaya warna.

Kini selain GIGI dan Bimbu, da juga nama beken lainnya di jalur musik Islami seperti Opick, Sulis dan Hadad Alwi, di samping beberapa nama baru yang mulai mengekspresikan diri di jalur musik ini seperti Afgan, dan beberapa bintang muda lainnya, seperti Asmirandah, Revalina S. Temat, Intan Nuraini dan Melanie Putria berkolaborasi dalam sebuah album ramadhan.. Semuanya menambah semarak blantika tembang Islami, yang mulai marak di bulan Ramadhan ini.



1 komentar:

  1. saya akan koreksi sedikit tentang lagu guluban manto'bukanya dinyanyikan oleh Rofiqoh darto waha tapi sepengetahuan saya dinyanyikan oleh A.Sanusi, sekaligus sebagai pencipta lagu dari group gambus alfata. lagu guluban mantoa di rekam pada tahun 1965

    BalasHapus